BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pesarehan Gunung Kawi yang ramai dikunjungi para peziarah
dari berbagai kota di Indonesia menyimpan banyak keunikan yang membuat banyak
orang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Gunung Kawi beserta pesarehan
yang terdapat di sana. Hal pertama yang akan kita jumpai di Gunung Kawi
adalah banyaknya pedagang makanan, minuman maupun buah tangan khas Gunung Kawi
yang terdapat hampir di sepanjang jalan menuju pesarehan. Selain itu selayaknya
wisata rohani yang memang terdapat makam yang disakralkan, yakni makam Iman
Sudjono dan Eyang Jugo, disepanjang jalan terlihat para pedagang bunga yang
tengah sibuk menjajakan dagangan mereka. Beberapa kuil yang dibangun disekitar
makam yang beraliran tionghoa, dapur sebagai tempat disiapkannya makanan yang
nantinya digunakan dalam selamatan saat tengah malam yang hanya menggunakan
garam dan sedikit gula dalam memasak makanannya. Berbagai etnis yang berbaur
menjadi satu, saling memanjatkan do’a dan saling berbaur satu sama lain.
Berdasarkan hal di atas penulis ingin lebih mengetahui
lebih dalam tentang keyakinan orang islam terhadap doa yang dilakukan di dalam
pesarean gunung kawi.yaitu mengapa orang islam begitu meyakini bahwa ketika
berdoa di pesarean tersebut kemungkinan besar doanya akan terkabulkan dan
mengetahui apa motivasi umat islam untuk melakukan doa di pesarean gunung
kawi.sehingga pada akhirnya didapat suatu pemahaman terhadap fenomena masalah
ini.
1.2
Rumusan masalah
1.mengapa orang islam
begitu yakin jika berdoa di pesarean gunung kawi?
1.3
Tujuan penelitian
1.untuk mengetahui apa
saja yang di inginkan dari berdoa di pesarean gunung kawi
2.mengetahui motivasi
yang membuat orang islam melakukan doa di gunung kawi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keyakinan
Keyakinan adalah suatu sikap
yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa
dirinya telah mencapai kebenaran Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka
keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan
kebenaran.
Yakin
berarti membenarkan dalam hati dan melakukan dalam tindakan nyata,keyakinan,
kepercayaan adalah proses yang dilewati manusia untuk memperkuat diri
menghadapi dunia.
Yakin
pada islam berarti memiliki konsekuensi logis akan sebuah pencarian pada ajaran
islam. Tidak buta pada doktrin, juga tidak taqlid pada doktrin. Karena
doktrinasi bukan lah hasil akhir, doktrinasi adalah proses. Dan hasil akhirnya
tetaplah sebuah keyakinan. Islam secara harfiah berarti selamat, berserah
(pasrah) Orang yang tidak pernah benar mencoba mengenal dan mengerti esensi
manusia. Semakin sering kita berusaha berbicara pada nurani, mengerti
keberadaanya dan apa yang dia tunjukan maka semakin kuat keyakinan kita pada
kekuatan metafisik yang ada pada diri kita. Sepintas ini hanya menjadi omong
kosong bagi yang tidak pernah mencoba meramu akal dan nuraninya.
Disadari
ataupun tidak kita tidak akan pernah lepas dari nurani. Bisikan nurani ini
adalah hal yang tidak dapat kita indra dengan indra fisik. Nurani, qolbu dan istilah – istilah lainnya adalah sebuah
kekuatan besar dalam diri yang membangkitkan, kekuatan yang dapat merubah
sesuatu yang mungkin sulit untuk dirubah.
Mencari
dengan penuh kesadaran dengan berbekal satu keyakinan kecil yang terus harus
tetap diasah. Sehingga keyakinan itu berubah menjadi besar dan menguatkan raga
ini untuk melawan keadaan yang mungkin tak selamanya selaras dengan akal.
Bisikan ini muncul disaat kekuatan fisik tak lagi dapat bangkit. Bisikan yang
ada saat kita timpang dalam persimpangan. Bisikan yang lebih kuat suara
positifnya dan selalu memberikan petunjuk kebaikan jika kita mau jujur
mendengarkan Dia yang berbisik. Keyakinan tanpa proses pembuktian membuat kita
lemah saat menemui hambatan, membuat fikiran ini lemah untuk terus mencari celah
bagaimana keluar dari masalah. Dan Tuhan memberi persimpangan disetiap jalan
agar kita senantiasa belajar, memperkuat ilmu pengetahuan dan terus memuncakkan
keyakinan.
2.2 ISLAM
Islam
secara bahasa berasal dari kata salam, aslama, silmun, sulamun yang mempunyai
bermacam-macam arti. Diantaranya adalah sebagai berikut;
1)
Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk, patuh, dan masuk
Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang
mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah
tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-quran surat al-baqarah: 112,
surat Ali Imron: 20 dan 83, surat an-Nisa: 125 dan surat al-Anam: 14.
2)
Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian. Dengan makna tersebut berarti
Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai, tentram, dan selamat. Kata
silmun terdapat dalam al-quran surat al-baqarah; 208 dan surat Muhammad: 35.
3)
Sulamun yang artinya tangga, sendi dan kendaraan. Dengan arti tersebut,
islam berarti agama yang memuat peraturan yang dapat mengangkat derajat
kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada kehidupan yang bahagia dan
sejahtera di dunia dan akhirat.
4)
salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan sejahtera. Dengan demikian
Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup yang dapat menyelamatkan
manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Quran Surat al-Anam
:45, Surat al-Araf: 46 dan Surat an-Naml: 32.
Dengan
demikian secara bahasa, makna Islam dapat dirangkum sebagai berserah diri kepada
Allah SWT untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya (aslama) sehingga
dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam masyarakat (silmun)
dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan kemuliaan (sulamun)
yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat (salamun).
2.3 Arti Islam secara Etimologis & Terminologis
A.Arti Etimologis
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri)
kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya
dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S.
2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.
Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri
kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati .
Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim
- , , ) yang berarti kedamaian, kesucian,
penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut Abdalati,
Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas
hukum-Nya” (Submission to the Will of God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian
religius dari kata Islam adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri
kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat
mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata
“Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
B. Arti Terminologis
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat
dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang
terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha
merumuskan definisi Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin
Anshari mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama
Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam
adalah:
Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan
setiap persada. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala
perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi
segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat Pada garis besarnya terdiri atas
akidah, syariatm dan akhlak Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan
kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang
ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
2.4 DOA
Doa adalah
rayuan kepada Allah (Tuhan) untuk muslim. Caranya adalah dengan meletakkan
tangan di depan Anda dan menghadap kedua telapak tangan ke atas. Doa sering
dilakukan setelah shalat, saat mengambil air wudhu, saat makan dan minum,
berniat puasa dan sebelum tidur. Doa juga digunakan dengan beberapa niat pada
perbuatan yang baik menurutajaranagamaIslam.
Muslim dianjurkan berdoa untuk menunjukkan rasa rendah diri terhadap Allah SWT, selain untuk menunjukkan rasa patuh dan taat kepada perintah Allah. Doa bisa dilakukan kapan saja tanpa batas dan batasan selagi manusia Muslim itu hidup dan beriman kepada Allah.
Khususnya doa dilakukan untuk memperbaiki diri dengan cara meminta ampun kepada Allah dan mengharapkan sesuatu dariNya.Sesuai dengan tanggung jawab insan berharap sesuatu kepada Allah.Allah SWT telah menempatkan beberapa waktu yang dianggap waktu-waktu yang paling diberkati dan dimakbulkan permintaannya oleh Allah. Pada waktu-waktu itu insan dianjurkan untuk memohon, harap kepada Allah dengan hal-hal yang baik dan meminta belas kasihan dan ampunan dariNya.InsyaAllah, Allah akan mengabulkannya.Walau bagaimanapun perlu dingatkan bahwa ada persyaratan lain yang harus dipatuhi agar doa kita itu diterima Allah dengan seadanya yaitu jangan kita menyekutukan Allah (menyamakan Allah dengan apa-apa pun seperti menemukan Tuhan lain selain Allah) dan wajib untuk kita membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Muslim dianjurkan berdoa untuk menunjukkan rasa rendah diri terhadap Allah SWT, selain untuk menunjukkan rasa patuh dan taat kepada perintah Allah. Doa bisa dilakukan kapan saja tanpa batas dan batasan selagi manusia Muslim itu hidup dan beriman kepada Allah.
Khususnya doa dilakukan untuk memperbaiki diri dengan cara meminta ampun kepada Allah dan mengharapkan sesuatu dariNya.Sesuai dengan tanggung jawab insan berharap sesuatu kepada Allah.Allah SWT telah menempatkan beberapa waktu yang dianggap waktu-waktu yang paling diberkati dan dimakbulkan permintaannya oleh Allah. Pada waktu-waktu itu insan dianjurkan untuk memohon, harap kepada Allah dengan hal-hal yang baik dan meminta belas kasihan dan ampunan dariNya.InsyaAllah, Allah akan mengabulkannya.Walau bagaimanapun perlu dingatkan bahwa ada persyaratan lain yang harus dipatuhi agar doa kita itu diterima Allah dengan seadanya yaitu jangan kita menyekutukan Allah (menyamakan Allah dengan apa-apa pun seperti menemukan Tuhan lain selain Allah) dan wajib untuk kita membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT.
PENGARUH DOA BAGI MANUSIA
Doa
adalah merupakan pengakuan manusia tentang kelemahannya, namun manusia
kadangkala bersikap sombong (QS. 96:6-7). Doa juga sering dilupakan manusia,
karena manusia masih banyak yang menganggap bahwa doa itu kurang penting, sehingga
manusia tidak mengakui keberadaan doa tersebut. Padahal, manusia yang hidup
tanpa gejolak, tanpa kekuasaan istimewa, bekerja dan berjuang secara wajar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga memerlukan doa sebagai motivasi
dirinya agar dapat melanjutkan usaha untuk mencapai cita-citanya. Doa juga
menjadi salah satu sebab tertolaknya suatu bencana, dengan kata lain doa bisa
dikatakan sebagai perisai/senjata. Di samping itu doa adalah obat penawar yang
paling manjur, sehingga ia menjadi musuh bagi bala (petaka). Doa dapat
menolaknya, menghilangkannya, menyembuhkannya, atau meringankannya, jika bala
tersebut telah turun. Karena berguna terhadap sesuatu yang telah terjadi
ataupun yang belum terjadi. Sabda Nabi SAW: “Doa itu bergua untuk yang
telah terjadi dan yang belum tejadi, maka wahai hamba Allah, hendaklah kalian
berdoa.” HR. Tirmidzi.
Alexis
Carrel, seorang ahli bedah Prancis yang meraih dua kali hadia nobel, menegaskan
bahwa keguanan doa dapat dibuktikan secara ilmiah sama kuatnya dengan pembuktian
dibidang fisika. Dalam brosurnya “La Priere” (doa) ia mengemukakan keyakinannya
akan kebesaran pengaruh doa untuk pengobatan dengan ucapan: “Bila doa itu
dibiasakan dan betul-betul bersungguh-sungguh, maka pengaruhnya menjadi sangat
jelas… Ia merupakan semacam perubahan kejiwaan dan ketubuhan… ketentraman
ditimbulkan oleh doa itu merupakan pertolongan yang besar pada pengobatan.”
Oliver
lodge secara halus menyindir mereka yang tidak melihat manfaat doa: “Kekeliruan
mereka, karena menduga bahwa doa berada di luar fenomena alam,. Doa harus
diperhitungkan sebagaimana memperhitungkan sebab-sebab lain yang dapat
melahirkan suatu peristiwa.”
2.5
ETIKA BERDOA DITINJAU DARI SEGI ASPEK ADAB
Dalam
berdoa seseorang harus memperhatikan beberapa adab doa sebagai berikut:
1. Meluruskan dan mensucikan niat
2. Menghadap kiblat
3. Mengangkat dan menengadahkan tangan setentangan dengan
bahu
4. Tidak mengangkat pandangan ke arah langit
5. Didahului dengan puji-puji atau dzikir kepada Allah
SWT
6. Bershalawat kepada Rasulullah SAW dan keluarganya
7. Penuh harap dan yakin akan diterima dan tidak kecewa
serta putus asa dari rahmatNya
8. Berdoa dengan kalimat biasa, diplomatis dan bersifat
umum
9. Diucapkan dengan suara tenang, rendah dan tidak terburu-buru
10.Dilafalkan dengan jelas dan diulangi tiga ali untuk
bagian yang dianggap penting
11.Mulailah dengan membaca basmalah
12.Menyusuli dengan permohonan ampun untuk diri dan orang
tua
13.Menghindari dari hal yang diharamkan, termasuk yang
maktuh dan syubhat
14.Menyapukan kedua belah tangan ke wajah seusai berdoa
15.Perhatikan dan pilihlah waktu-waktu yang terbaik untuk
berdoa dan adab bathiniyah.
Adapun adab-adab berdoa yang disusun dalam ajaran kaum
sufi adalah sebagai berikut:
1. Memelihara waktu-waktu yang dianggap murni dan mulia
(Hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat dan sepertiga malam)
2. Dalam berdoa orang-orang sufi selalu menggunakan
kesempatan yang baik dengan bersungguh-sungguh seperti pada saat menghadap
musuh, saat turun hujan, saat puasa dan saat sujud
3. Diharuskan menghadap qiblat dan mengangkat kedua belah
tangan sehingga kelihatan ketiaknya
4. Dalam berdoa suara tidak terlalu keras dan tidak
terlalu rendah, dengan maksud agar hati dan jiwa menjadi tenang dan khusyu’
5. Menjaga agar doa yang diucapkan tidak berbentuk sajak,
kecuali doa yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits
6. Bila berdoa harus dalam keadaan khusyu’ dan tadharru’
serta penuh harapan diterima namun penuh ketakutan ditolak
7. Harus berkeyakinan penuh bahwa doanya itu pasti
dikabulkan/diterima Allah SWT
8. Doa harus diucapkan dengan lafal yang jelas dan
diulang-ulang hingga tiga kali
9. Doa harus dimulai dengan menyebut Asma Allah dan
bershalawat pada Nabi SAW dan keluarganya
10.Sebagai penutup, hendaknya doa itu diucapkan sesudah
bertaubat dan membersihkan diri dari perbuatan keji.
Sedangkan menurut Imam Ghazali menerangkan dalam
kitabnya, احياء علوم الدين, bahwa
adab berdoa sebagai berikut:
1. Hendaknya mengambil kesempatan pada waktu-waktu yang
baik dan mulia, seperti di hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat, pada waktu
seperti akhir malam dab pada waktu saghur dini hari.
2. Hendaknya mempergunakan keadaan yang baik dan mulia,
seperti waktu sujud dalam shalat, pada waktu peperangan, di waktu tentara
sebelah menyebelah sedang berhadap-hadapan, pada waktu mulai turun hujan, pada
waktu orang mengucapkan iqamah dalam waktu shalat dan sesudahnya, dan di kala
hati sedang sepi.
3. Menghadap kiblat, mengangkat kedua belah tangan dan
mengusapkannya ke muka pada waktu selesai berdoa.
4. Merendahkan suara pada waktu mengucapkan doa sampai
antara terdengar dengan tidak (QS. 7:55; 6:63)
5. Janganlah lafadh doa itu dibuat-buat sedemikian rupa
sehinga melampaui batas yang baik memilih doa yang berasal dari nabi dan
sahabat-sahabatnya atau orang-orang yang saleh, karena tidaklah setiap orang
dapat menyusun doa yang baik, khawatir kalau-kalau dalam karangannya itu
melampaui batas.
6. Orang yang berdoa hendaknya bersikap tadharru’, khusu’
dan takut serta penuh pengharapan akan terkabul doanya. (QS. 6:63; 7:55, 56)
7. Mendasarkan permintaan kepada doa dan meyakini
terkabulnya dengan keyakinan bahwa apa yang dimintanya itu benar.
8. Doa hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah SWT
yang indah (QS. 7:180; 17:110) dan sesudah mengucapkan pujian sanjungan
kepadaNya lalu diiringi shalawat kepada Nabi, demikian pula menyudahinya.
9. Doa hendaknya diulang-ulang terutama pada
lafadh-lafadh atau kalimat-kalimat yang penting, disebut tiga kali dan
sungguh-sungguh berkeyakinan doa itu segera diperkenankan.
10. Pengakuan taubat dari semua dosa, meninggalkan semua
perbuatan zhalim dan menghadapkan diri kepada Allah SWT, dan inilah yang
menjadi pokok sesuatu doa diperkenankan Allah.
11. Dilakukan dengan sabar (QS. 18:28) dan حسن
الظّنّ (berbaik sangka kepada Allah SWT).
2.6
ETIKA BERDOA DITINJAU DARI ASPEK WAKTU
Waktu-waktu
yang tepat dan mulia untuk berdoa yaitu:
1. Ketika turun hujan
2. Ketika hendak shalat dan sesudahnya
3. Ketika menghadap musuh di medan pertempuran
4. Pada waktu sepertiga/akhir malam (QS. 51:18)
5. Ketika i’tidal yang akhir dalam sembahyang
6. Ketika khatam (tamat) membaca al-Qur’an
7. Ketika sujud dalam shalat, sebagaimana Abu Hurairah
meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda: Sedekat-dekatnya seseorang hamba dengan
Tuhannya adalah ketika ia sedang melakukan sujud, oleh karena itu perbanyaklah
doa ketika sedang sujud.”
8. Berdoa di antara azan dan iqamah, Dari Anas Ibnu
Malik ra, berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Doa yang dipanjatkan antara
waktu adzan dan iqamah, tentu tidak akan ditolak olehNya,” Para sahabat pun
bertanya: “Wahai Rasulullah !, doa apa yang sebaiknya kami panjatkan ?” Jawab
Rasulullah: “Sebaiknya mintalah keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.”
9. Antara Zhuhur dengan Ashar dan antara Ashar dengan
Maghrib
10.Ketika sedang berpuasa (puasa sunat dan wajib)
11.Pada Bulan Nisfu Sya’ban
12.Pada Hari Raya Idul Fitri
13.Ketika sedang sakit
14.Pada Bulan Rajab, malam Isra’ Mi’raj Nabi SAW
15.Pada Hari Arafah di Bulan Haji
16.Pada Bulan Suci Ramadhan (terutama waktu malam)
17.Pada Hari Jumat, Abu Hurairah mengatakan:
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Pada Hari Jumat itu ada satu saat yang
apabila kebetulan seseorang muslim berdiri shalat sambil meminta (berdoa)
kepada Allah SWT akan sesuatu, melainkan Allah SWT akan memberinya (apa yang
dai minta) seraya Rasulullah mengisyaratkan dengan tangannya menyedikitkan
(singkat) saat itu.” (HR. Bukhori)
2.7 ETIKA BERDOA DITINJAU DARI ASPEK TEMPAT
Tempat
yang baik untuk berdoa diantaranya, sebagai berikut:
1. Di Makkah dikala melihat Ka’bah
2. Di Madinah dikala melihat Masjid Rasulullah SAW
3. Di tempat dan dikala melakukan Thawaf
4. Di sisi Multazam
5. Di sisi sumur Zam-zam
6. Di dalam Ka’bah
7. Di belakang makam Nabi Ibrahim
8. Di atas bukit Shafa dan Marwah
9. Di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat
yang tiga
10.Di masjid-masjid dan tempat-tempat peribadatan
lainnya.
2.8 MAKAM/PESAREAN
Makam adalah tempat
peziarah merenungkan banyak hal, untuk memperbaiki laku sisa hidup dan berkaca
pada perilaku yang mati semasa hayat. Karena itu, orang lalu mendaras doa.
Memintakan ampunan dan ruang di surga bagi yang mati. Fisik makam hanya sarana
untuk memasuki ruang-ruang spiritualitas.
KEYAKINAN
ORANG ISLAM TERHADAP DOA DI PESAREAN GUNUNG KAWI
Dari
data-data yang telah terkumpul di atas bahwa sebuah keyakinan yang berlebihan
akan membawa kita kedalam jurang ke syirikan,karena sudah jelas bahwa sebuah
keyakinan itu hanyalah kepercayaan berdasarkan ajaran-ajaran yang telah ada
tanpa harus berlebihan.terutama bagi orang islam yg telah diajarkan ahanya
meyakini atau mengimani 6 hal,yaitu rukun iman dengan dasar tujuan iman
tersebut adalah Allah bukan hal yang lain.begitupun dengan doa-doa yang
dipanjatkan oleh para umat islam,semua doa telah di ajarkan berdasarkan
kegunaan dan fungsi masing-masing,apabila doa tersebut telah keluar dari
kaidah-kaidah islami maka doa tersebut hendaknya tidak dilakukan.semua tata
cara dalam berdoa telah di ajarkan,sehingga tidak sembarangan
melakukanya.dengan demikian seharusnya umat muslim pada umumnya harus mengikuti
tata cara berdoa berdasarkan ajran islam yang benar tanpa menambah atau
mengurangi karena dengan cara demikianlah Allah akan menjawab doa kita.dan
pesarean bukanlah masjid atau mushalla dimana tempat yang paling sering
digunakan para umat muslim untuk berdoa,hendaknya para umat muslim mendatangi
pesarean untuk mengingat akan hadirnya kematian dan mendoakan orang yang berada
di dalam makam tersebut,bukanlah meminta doa yang berlebihan dengan alasan mengharapkan
berkah dari berkungjung ke pesarean tersebut.
Dampak
positif dan negative :
Secara
positive :
1.mengingatkan akan
kematian yang artinya bahwa manusia semua pasti akan mati dan menjadi penghuni
kubur
2.memperdalam iman akan
kekuasaan Allah
3.bersilaturahmi dengan
peziarah yang lain yang berasal dari berbagai etnis.
Secara
negative:
1.menjadikan orang
syirik
BAB III
METODE PENELITIAN
a.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek utama penelitian yaitu para pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten
Malang. Adapun subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai informan adalah
Bapak dan Ibu pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang, yaitu mereka
yang sedang melakukan ziarah makam dan ritual Gunung Kawi pada malam Jum’at
Kliwon.
b.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih
adalah desa Wonosari kecamatan Wonosari kabupaten Malang, Jawa Timur, sebagai
fokus penelitian untuk mendapatkan data tentang kekonsistensian para pengunjung
Gunung Kawi yang melakukan ritual nazar persembahan atas terkabulnya doa yang
dipanjatkan melalui kepercayaan kejawen yang dianut para peziarah yang
dijadikan sebagai pemicu terkabulnya doa.
Lokasi penelitian yang terpilih
sebagai objek kajian dalam studi karena :
1.
Lokasi penelitian Gunung kawi dikenal sebagai tempat peminta pesugihan
2. Lokasi penelitian
(desa Wonosari, Gunung Kawi) karena rata-rata pengunjungnya datang untuk
berziarah di makam eyang sujo dan eyang jugo yang merupakan leluhur yang
dipercaya dapat membantu untuk berdoa disana dipercaya dapat mendatangkan
banyak rejeki.
2.
Teknik pengumpulan data
Desain kualitatif sebagai pendekatan
dalam melakukan penelitian yaitu berusaha untuk mengungkap fenomena sosial yang
ada di masyarakat, teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, dokumentasi, wawancara dan studi literatur.
a.
Observasi
Teknik observasi yang dimaksud
adalah: ”... teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan...”, (Bunglon B., 2007:115)
berkenaan dengan perilaku kehidupan manusia, proses kerja, dan gejala-gejala
alam dan lainnya untuk diamati dan diketahui apa yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat tersebut.
Teknik observasi digunakan dalam
pengumpulan data, karena:
1.
Teknik ini dapat mengungkap dan menggambarkan tentang Motivasi Pengunjung
Melakukan Ritual di dalam Pesarean Gunung Kawi.
2.
Observasi dilakukan dengan seksama dan terus-menerus yang dapat menghasilkan
data sememadai mungkin.
3.
Pelaksanaan observasi didukung dengan pedoman observasi yang tertulis.
Pedoman observasi berbentuk
pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tidak terstruktur yang akan dijawab oleh
informan sebagai sumber data, yang berhubungan dengan motivasi para pengunjung
untuk melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi.
b.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan
data dengan mengajukan pertanyaan oleh pewawancara kepada interviewee, dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.
Keuntungan dari teknik wawancara adalah:
1.
Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis
2.
Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera
menjelaskannya
3.
Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan
pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Kerugian wawancara adalah:
1.
Wawancara memerlukan biaya yang sangat untuk perjalanan dan uang harian
pengumpulan data
2.
Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah interviewee yang lebih kecil
3.
Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu interviewee
Daftar pertanyaan untuk mewawancara
ini disebut sebagai iterviewee schedule. Sedangkan catatan garis besar tentang
pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide).
c.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan sebagai
teknik pengumpul data skunder dalam rangka melengkapi data hasil interview dan
hasil observasi. Studi dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
3.
Teknik analisis data
Prosedur kegiatan penelitian ini
menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan grounded yaitu:
1.
Open coding
Pada tahap ini peneliti berusaha
memperoleh sebanyak-banyaknya variasi data yang terkait dengan topik
penelitian, hal-hal yang dilakukan adalah mengeksplorasi, menelaah, memerinci,
memeriksa, membanding-bandingkan, mengkonsepsikan, dan mengkategorikan data
atau fenomena yang diperoleh selama di lapangan.
2.
Axial coding
Proses penelitian lebih terfokus
dengan melakukan pendalaman dan pengembangan terhadap kategori atau tema untuk
mencari hubungan antar tema atau kategori tersebut hingga sesuai dengan fokus
penelitian yang sesuai dengan data lapangan. Data yang dihasilkan dari tahapan
open coding diorganisir kembali berdasarkan kategori dan dikembangkan ke arah
proposisi. Pada tahap ini peneliti menganalisis hubungan antar kategori
tema-tema yang muncul.
3.
Selective coding
Tahapan selective coding peneliti
berusaha mengklasifikasikan hasil proses pemeriksaan dari substansi antar
kategori kaitannya dengan kategori lainnya. Substansi antar kategori tersebut
akan ditemukan melalui perbandingan hubungan antar kategori dengan menggunakan
pendekatan grounded, selanjutnya menghasilkan kesimpulan yang diangkat menjadi
general designe tentang Motivasi Pengunjung Melakukan Ritual di Dalam Pesarean
Gunung Kawi.
4.
Teknik pendekatan yang dilakukan
a.
Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini bersifat kualitatif
yaitu berusaha mengeksplorasi secara rinci dan mendalam tentang individu atau
unit masyarakat (para pengunjung pesarehaan dengan kegiatan ritual yang
dilakukan) dikupas melalui pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan kurun
waktu yang ditentukan untuk memperoleh data yang cukup, fokus pada kajian
tentang motivasi pengunjung melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi.
Penelitian kualitatif ini tidak
hanya mengeneralisasikan suatu permasalahan, akan tetapi mengutamakan kajian
pada suatu masalah secara mendalam tentang alasan dan motivasi yang mendasari
para pengunjung untuk melakukan ritual di dalam pesarean Gunung. Di dalam
fenomena kegiatan ritual yang dilakukan tersebut, pasti akan terdapat
permasalahan yang menimbulkan pertanyaan yang harus diteliti. Sebab setiap
permasalahan memiliki perbedaan baik sifat dan karakteristik masalah tersebut,
dan memiliki pendekatan penelitian ini dapat diuraikan secara utuh dan mendalam
pada situasi yang wajar dan alamiah ( Bogdan & Biklen 1992 Denzin &
Lincoln 1994:76).
Melalui pendekatan kualitatif dapat
diperoleh gambaran pemahaman yang utuh dan bermakna atas perilaku dari subyek
terteliti. Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami fenomena sosial yang
ada di masyarakat.
b.
Metode Grounded
Penelitian yang menggunakan metode
Grounded sebagai aplikasi pendekatan naturalistik kualitatif adalah berusaha
untuk memahami dan menemukan teori atas dasar realitas sosial empirik, bahwa
“...makna kehidupan yang dialami dalam interaksi sosial dengan lingkungan
sekitar yang didasarkan atas pengalaman sendiri...” (Schlegel S.A., 1987:39)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Saat
memasuki wilayah pesarean, bukan hal yang mengejutkan lagi jika terlihat para
pengunjung yang berdoa, ada yang mengepalkan kedua tangannya di dada, bahkan
sampai ada yang menangis sambil menciumi tembok di depan Pesarean yang menjadi
ruangan tempat pemakaman kedua tokoh yang diagungkan di Gunung Kawi tersebut
berada. Selain itu banyak pengunjung yang terlihat menggelar tikar dan
beristirahat si depan pesarean, dan banyak pula pengunjung lain yang akan
memasuki pesarean dengan membawa besek berisi bunga yang sudah ditata dengan
indah dan rapi.
Adapun
banyak hal unik yang peneliti temui ketika menjalankan observasi di lokasi
pesarean Gunung Kawi.ada beberapa umat islam yang berdatangan namaun ssambil
membawa berbagai macam sesajen,hal tersebut sungguh menarik karena pada umumnya
umast islam tidak dianjurkan untuk membawa berbagai macam persembahan ketika
berdoa karena doa dalam ajaran agama islam hanyalah berdasarkan niat dan
keyakinan terhadap Allah SWT.berdasar hal tersebut saya mulai mencari salah stu
pengunjung yang beragama islam guna menggali informasi mengapa hal semcam
ritual dalam berdoa dilakukan.ketika sya telah menemukan subyek,maka saya mulai
menggali informasi dan benar saja bahwa ritual dalam berdoa memang dilakukan
berdasarkan keyakinan masing-masing orang.beliau mengungkapkan bahwa berdoa di
pesarean gunung kawi membawa berkah tersendiri karena kaetika salah satu doa
saya terkabul maka saya akan kembali guna mengucap syukur dan kembali meminta
doa untuk kebutuhan yang lain,dalam artian pengunjung tersebut meyakini bahwa
doa dengan ritual lebih cepat terkabulkan dibandingkan dengan apa adanya.tentu
saja hal yang demikian ini tidak dibenarkan dalam ajaran islam,karena tata cara
berdoa dan tempat-tempat dimana doa di ijabah telah di tertulis dalam al-qur’an
dan hadist nabi.dan tidak seharusnya para pengunjung tersebut melakukan hal
itu.
Dengan
demikian motivasi yang ada hanyalah sebuah keinginan untuk terkabulakannya doa
di pesarean tersebut adalah harus menggunakan ritual-ritual tertentu dan
menggunakan perjanjian,sehingga orang muslim yang berkunjung ke pesarean
tersebut tidaklah benar karena aturan berdoa yang digunakan telah keluar jauh
dari ajaran dan tata cara berdoa bersasarkan ajaran agama islam.
2.
Landasan teori
a.
Teori Motivasi Abraham Maslow
Teori kepribadian Maslow dibuat
berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970)
mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruhpada motivasi (holistic approach to
motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau
fungsi, termotivasi (Feist,2009).
Kedua, motivasi biasanya kompleks
atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yaitu
tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.
Contahnya, keinginan untuk berhubungan seksual dapat termotivasi tidak hanya
oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin, tetapi juga oleh
kebutuhan akan dominasi, kebersamaan, cinta dan harga diri (Feist,2009).
Ketiga, orang-orang berulang kali
termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by
one or another). Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan
tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan
lain. Misalnya, selama kebutuhan akan rasa lapar belum terpenuhi, orang akan
selalu berusaha mendapatkan makanan. Akan tetapi, ketika mereka sudah mendapat
cukup makanan, mereka beraalih ke kebutuhan-kebutuhan lain seperti keamanan,
pertemanan, dan haraga diri (Feist,2009).
Keempat, semua orang di manapun
termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama(all people everywhere are motivated
by the same basic needs). Bagaimana cara orang-orang di kultur yang
berbeda-beda memperoleh makanan, membangun tempat tinggal, mengekspresikan
pertemanan, dan lain-lain bisa bervariasi, tetapi kebutuhan dasar untuk
makanan, keamanan, dan pertemanan merupakan kebutuhan yang berlaku umum untuk
semua spesies (Feist,2009).
Kelima, kebutuhan-kebutuhan dapat
dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a hierarchy)
(Feist,2009).
1.
Hierarki Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan Maslow beranggapan
bahwa kebutuhan-kebutuhan di level dasar harus terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan-kebutuhan di level paling tinggi menjadi yang memotivasi.
Lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif (conative
needs), yang berarti kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong
mendorong atau memotivasi (Feist,2009).
Maslow (1970) mengungkapkan
kebutuhan-kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi dari masing-masing
tingkatan, yaitu fisiologis (physiological), keamanan (safety),
cinta dan keberadaan ( love and belongingness), penghargaan (esteem),
dan aktualisasi diri (self actualization).
a.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan manusia yang paling mendasar, termasuk di dalamnya adalah makanan,
air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan lain-lain. Kebutuhan fisiologis
merupakan kebutuhan yang mempunyai kekuatan atau pengaruh paling besar dari
semua kebutuhan (Feist,2009).
b.
Kebutuhan akan keamanan (safety needs)
Ketika manusia telah memenuhi
kebutuhan fisiologisnya, maka manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan
keamanan, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam,
seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan,
dan bencana alam. Kebutuhan akan hokum, ketenteraman, dan keteraturan juga
merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan (Feist,2009).
Dalam tingkatan kebutuhan ini, anak-anak
lebih sering termotivasi olehkebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup
dengan ketakutan akan gelap, binatang, orang asing, dan hukuman dari orang tua.
Namun, sebagian besar orang dewasa cenderung merasa tidak aman karena ketakutan
yang tidak masuk akal dari masa kecil yang terbawa hingga masa dewasa dan
menyebabkan mereka bertindak seolah merasa takut akan hukuman dari orang tua.
Mereka menghabiskan lebih banyak energy daripada energiyang dibutuhkan orang
yang sehat untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan ketika mereka tidak
berhasil memenuhi kebutuhan rasa aman tersebut, mereka akan mengalami kecemasan
dasar (basic anxiety) (Feist,2009).
c.
Kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love ang belongingness needs)
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan
fisiologis dan rasa amannya, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan
cinta dan keberadaan (love and belongingness), seperti keinginan untuk
berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi
bagian dari keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau Negara.
Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan
dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk member dan mendapatkan cinta
(Feist,2009).
Orang yang kebutuhan akan cinta dan
keberadaannya cukup terpenuhi sejak dari masa kecil tidak menjadi panic ketika
cintanya ditolak. Orang yang semacam ini mempunyai kepercayaan diri bahwa
mereka akan diterima oleh orang-orang yang penting bagi mereka. Jadi, ketika
orang lain menolak mereka, mereka tidak merasa hancur (Feist,2009).
Kelompok kedua adalah kelompok yang
terdiri dari orang-orang yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan.Oleh
karena itu, mereka menjadi tidak mampumemberikan cinta. Maslow percaya bahwa
orang-orang semacam ini lama-kelamaan akan belajar untuk tidak mengutamakan
cinta dan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta (Feist,2009).
Kelompok ketiga adalah orang-orang
yang menerima cinta dan keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena
hanya menerima sedikit cinta dan keberadaan, maka mereka sangat termotivasi
untuk mencarinya. Denagn kata lain, orang yang menerima sedikit cinta mempunyai
kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan yang lebih besar daripada orang yang
menerima cinta dalam jumlah cukup atau tidak menerima cinta sama sekali
(Feist,2009).
d.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
Setelah kebutuhan akan cinta dan
keberadaaan terpenuhi, orang-orang cenderung bebas untuk mengejar kebutuhan
akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan,
dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow (1970) mengidentifikasi
dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan yaitu reputasi dan harga diri.
Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki
seseorang dilihat dari sudut pandang orang lain. Sedangkan harga diri adalah
perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya
diri. Harga diri menggambarkan sebuah keinginan untuk memperoleh kekuatan,
pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan, kemampuan, dan kepercayaan
diri di hadapan orang lain (Feist,2009).
e.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs)
Setelah semua kebutuhan pada
tingkatan yang rendah terpenuhi, orang secara otomatis beranjak pada tingkatan
berikutnya. Akan tetapi, setelah kebutuhan akanpenghargaan terpenuhi, orang
tidak selalu bergerak menutu tingkat aktualisasi diri. Orang-orang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai seperti kejujuran, keindahan, keadilan, dan
lainnya akan mengaktualisasikan dirinya setelah kebutuhan akan penghargaannya
terpenuhi, sememntara orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai tersebut
tidak akan mengaktualisasikan dirinya walaupun mereka telah memenuhi
masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya (Feist,2009).
Menurut Maslow (1970), Kebutuhan
akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri,
dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang-orang yang telah mencapai
level aktualisasi diri menjadi manusia yang seutuhnya, memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain hanya melihat sekilas atau bahkan tidak
pernah melihatnya (Feist,2009).
Maslow (1970), membuat lima belas
karakteristik sementara yang merupakan ciri-ciri orang-orang yang
mengaktualisasi diri sampai batasan tertentu, antara lain :
1)
Persepsi yang lebih efisien akan kenyataan
2)
Penerimaan akan diri sendiri, orang lain, dan hal-hal yang alamiah
3)
Spontanitas, kesederhanaan, dan kealamian
4)
Berpusat pada masalah
5)
Kebutuhan akan privasi
6)
Kemandirian
7)
Penghargaan yang selalu baru
8)
Pengalaman puncak
9)
Menyayangi orang lain (Gemeinschaftsgefuhl)
10)
Hubungan interpersonal yang kuat
11)
Struktur karakteristik demokratis
12)
Diskriminasi antara cara dan tujuan
13)
Rasa jenaka/humor yang fisiologis
14)
Kreativitas
15)
Tidak mengakui enkulturasi
Selain lima kebutuhan konatif di
atas, Maslow mengidentifikasi tiga kategori kebutuhan lainnya, antara lain
sebagai berikut.
a)
Kebutuhan estetika
Orang-orang yang memiliki kebutuhan
estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama halnya seperti
orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya. Orang-orang
yang memiliki kebutuhan estetika tinggi menyukai sesuatu yang indah daripada
sesuatu yang jelek. Mereka bahkan bisa mengalami sakit fisiologis maupun
psikologis jika dipaksa untuk tinggal di lingkungan yang kotor dan tidak
teratur (Feist,2009).
b)
Kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang mempunyai
keinginan untuk mengetahui, memecahkan misteri, memahami, dan untuk menjadi
penasaran.Maslow (1970) menyebut keinginan-keinginan ini sebagai kebutuhan
kognitif. Ketika kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebutuhan pada
hierarki Maslow terancam tidak bisa terpenuhi pula karena pengetahuan merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kebutuhan
konatif tersebut
(Feist,2009).
c)
Kebutuhan neurotic
Menurut Maslow (1970), kebutuhan neurotic mengarah pada kegagalan berkembang
dan penyakit. Jika diartikan, maka kebutuhan neurotic berarti tidak produktif.
Kebutuhan-kebutuhan ini memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak adanya
keinginan untuk berusaha memperoleh aktualisasi diri. Kebutuhan neurotic biasanya
bersifat reaktif, yaitu kebutuhan ini berperan sebagai kompensasi atas
kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi (Feist,2009).
BAB V
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ritual di pesarean Gunung Kawi sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat sekitar Gunung Kawi,
tetapi juga masyarakat di seluruh penjuru negeri. Terdapat sejarah di pesarean
Gunung yang mengisahkan tentang Eyang Jugo dan Eyang Sujo yang menjadi dua
tokoh yang diagungkan di Gunung Kawi. Makam dari kedua tokoh tersebut yang
dianggap sakral dan dapat menjadi ‘perantara’ untuk mengabulkan doa yang
disampaikan oleh para pengunjung yang melakukan ritual di pesarean Gunung Kawi.
Dari keterangan tersebut, peneliti
melakukan observasi secara langsung ke lokasi pesarean Gunung Kawi dan
melakukan interview kepada salah seorang pengunjung yang bernama bapak
sulaiman.bapak sulaiman merupakan salah seorang pengunjung yang mengaku sudah
sering berdoa dan melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi. Beliau
memiliki alasan dan motivasi tersendiri yang mendasarinya untuk berkunjung ke
pesarean untuk berdoa dan melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi.
Alasan yang mendasarinya untuk datang ke Gunung Kawi ialah karena diajak oleh
temannya pada awalnya, yang kemudian beliau datang untuk berdoa dan melakukan
ritual kembali setelah ia meyakini bahwa doa sebelumnya telah terkabul, serta
pengharapan dan kebutuhannya telah terpenuhi. Motivasi beliau untuk berdoa dan
melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi adalah agar doa atas pengharapan
akan kebutuhannya bisa terkabul.
Saran
Diharapkan
dari penelitian ini hendaknya umat muslim lebih mengerti tentang arti dari
islam secara lebih dalam agar tidak salah dalam melakukan ajaran-ajaran yang
sudah ada terutama mengenai cara memanjatkan doa dan cara memperlakukan makam
atau pesarean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar