Kamis, 14 Juni 2012

KEYAKINAN ORANG ISLAM TERHADAP DOA DI PESAREAN GUNUNG KAWI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Pesarehan Gunung Kawi yang ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai kota di Indonesia menyimpan banyak keunikan yang membuat banyak orang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Gunung Kawi beserta pesarehan yang terdapat di sana.  Hal pertama yang akan kita jumpai di Gunung Kawi adalah banyaknya pedagang makanan, minuman maupun buah tangan khas Gunung Kawi yang terdapat hampir di sepanjang jalan menuju pesarehan. Selain itu selayaknya wisata rohani yang memang terdapat makam yang disakralkan, yakni makam Iman Sudjono dan Eyang Jugo, disepanjang jalan terlihat para pedagang bunga yang tengah sibuk menjajakan dagangan mereka. Beberapa kuil yang dibangun disekitar makam yang beraliran tionghoa, dapur sebagai tempat disiapkannya makanan yang nantinya digunakan dalam selamatan saat tengah malam yang hanya menggunakan garam dan sedikit gula dalam memasak makanannya. Berbagai etnis yang berbaur menjadi satu, saling memanjatkan do’a dan saling berbaur satu sama lain.
            Berdasarkan hal di atas penulis ingin lebih mengetahui lebih dalam tentang keyakinan orang islam terhadap doa yang dilakukan di dalam pesarean gunung kawi.yaitu mengapa orang islam begitu meyakini bahwa ketika berdoa di pesarean tersebut kemungkinan besar doanya akan terkabulkan dan mengetahui apa motivasi umat islam untuk melakukan doa di pesarean gunung kawi.sehingga pada akhirnya didapat suatu pemahaman terhadap fenomena masalah ini.
1.2 Rumusan masalah
1.mengapa orang islam begitu yakin jika berdoa di pesarean gunung kawi?
1.3 Tujuan penelitian
1.untuk mengetahui apa saja yang di inginkan dari berdoa di pesarean gunung kawi
2.mengetahui motivasi yang membuat orang islam melakukan doa di gunung kawi




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keyakinan
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.
Yakin berarti membenarkan dalam hati dan melakukan dalam tindakan nyata,keyakinan, kepercayaan adalah proses yang dilewati manusia untuk memperkuat diri menghadapi dunia.
Yakin pada islam berarti memiliki konsekuensi logis akan sebuah pencarian pada ajaran islam. Tidak buta pada doktrin, juga tidak taqlid pada doktrin. Karena doktrinasi bukan lah hasil akhir, doktrinasi adalah proses. Dan hasil akhirnya tetaplah sebuah keyakinan. Islam secara harfiah berarti selamat, berserah (pasrah) Orang yang tidak pernah benar mencoba mengenal dan mengerti esensi manusia. Semakin sering kita berusaha berbicara pada nurani, mengerti keberadaanya dan apa yang dia tunjukan maka semakin kuat keyakinan kita pada kekuatan metafisik yang ada pada diri kita. Sepintas ini hanya menjadi omong kosong bagi yang tidak pernah mencoba meramu akal dan nuraninya.
Disadari ataupun tidak kita tidak akan pernah lepas dari nurani. Bisikan nurani ini adalah hal yang tidak dapat kita indra dengan indra fisik. Nurani, qolbu  dan istilah – istilah lainnya adalah sebuah kekuatan besar dalam diri yang membangkitkan, kekuatan yang dapat merubah sesuatu yang mungkin sulit untuk dirubah.









Mencari dengan penuh kesadaran dengan berbekal satu keyakinan kecil yang terus harus tetap diasah. Sehingga keyakinan itu berubah menjadi besar dan menguatkan raga ini untuk melawan keadaan yang mungkin tak selamanya selaras dengan akal. Bisikan ini muncul disaat kekuatan fisik tak lagi dapat bangkit. Bisikan yang ada saat kita timpang dalam persimpangan. Bisikan yang lebih kuat suara positifnya dan selalu memberikan petunjuk kebaikan jika kita mau jujur mendengarkan Dia yang berbisik. Keyakinan tanpa proses pembuktian membuat kita lemah saat menemui hambatan, membuat fikiran ini lemah untuk terus mencari celah bagaimana keluar dari masalah. Dan Tuhan memberi persimpangan disetiap jalan agar kita senantiasa belajar, memperkuat ilmu pengetahuan dan terus memuncakkan keyakinan.

2.2 ISLAM
Islam secara bahasa berasal dari kata salam, aslama, silmun, sulamun yang mempunyai bermacam-macam arti. Diantaranya adalah sebagai berikut;
1) Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk, patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-quran surat al-baqarah: 112, surat Ali Imron: 20 dan 83, surat an-Nisa: 125 dan surat al-Anam: 14.
2) Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian. Dengan makna tersebut berarti Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai, tentram, dan selamat. Kata silmun terdapat dalam al-quran surat al-baqarah; 208 dan surat Muhammad: 35.
3) Sulamun yang artinya tangga, sendi dan kendaraan. Dengan arti tersebut, islam berarti agama yang memuat peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.
4) salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan sejahtera. Dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Quran Surat al-Anam :45, Surat al-Araf: 46 dan Surat an-Naml: 32.
Dengan demikian secara bahasa, makna Islam dapat dirangkum sebagai berserah diri kepada Allah SWT untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya (aslama) sehingga dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam masyarakat (silmun) dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan kemuliaan (sulamun) yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat (salamun).

2.3 Arti Islam secara Etimologis & Terminologis

A.Arti Etimologis

Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati . Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim -   ,   ,   ) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will of God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.

Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
B. Arti Terminologis
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin Anshari  mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
2.4 DOA
Doa adalah rayuan kepada Allah (Tuhan) untuk muslim. Caranya adalah dengan meletakkan tangan di depan Anda dan menghadap kedua telapak tangan ke atas. Doa sering dilakukan setelah shalat, saat mengambil air wudhu, saat makan dan minum, berniat puasa dan sebelum tidur. Doa juga digunakan dengan beberapa niat pada perbuatan yang baik menurutajaranagamaIslam.

Muslim dianjurkan berdoa untuk menunjukkan rasa rendah diri terhadap Allah SWT, selain untuk menunjukkan rasa patuh dan taat kepada perintah Allah. Doa bisa dilakukan kapan saja tanpa batas dan batasan selagi manusia Muslim itu hidup dan beriman kepada Allah.
Khususnya doa dilakukan untuk memperbaiki diri dengan cara meminta ampun kepada Allah dan mengharapkan sesuatu dariNya.Sesuai dengan tanggung jawab insan berharap sesuatu kepada Allah.Allah SWT telah menempatkan beberapa waktu yang dianggap waktu-waktu yang paling diberkati dan dimakbulkan permintaannya oleh Allah. Pada waktu-waktu itu insan dianjurkan untuk memohon, harap kepada Allah dengan hal-hal yang baik dan meminta belas kasihan dan ampunan dariNya.InsyaAllah, Allah akan mengabulkannya.Walau bagaimanapun perlu dingatkan bahwa ada persyaratan lain yang harus dipatuhi agar doa kita itu diterima Allah dengan seadanya yaitu jangan kita menyekutukan Allah (menyamakan Allah dengan apa-apa pun seperti menemukan Tuhan lain selain Allah) dan wajib untuk kita membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT.






PENGARUH DOA BAGI MANUSIA
Doa adalah merupakan pengakuan manusia tentang kelemahannya, namun manusia kadangkala bersikap sombong (QS. 96:6-7). Doa juga sering dilupakan manusia, karena manusia masih banyak yang menganggap bahwa doa itu kurang penting, sehingga manusia tidak mengakui keberadaan doa tersebut. Padahal, manusia yang hidup tanpa gejolak, tanpa kekuasaan istimewa, bekerja dan berjuang secara wajar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga memerlukan doa sebagai motivasi dirinya agar dapat melanjutkan usaha untuk mencapai cita-citanya. Doa juga menjadi salah satu sebab tertolaknya suatu bencana, dengan kata lain doa bisa dikatakan sebagai perisai/senjata. Di samping itu doa adalah obat penawar yang paling manjur, sehingga ia menjadi musuh bagi bala (petaka). Doa dapat menolaknya, menghilangkannya, menyembuhkannya, atau meringankannya, jika bala tersebut telah turun. Karena berguna terhadap sesuatu yang telah terjadi ataupun yang belum terjadi. Sabda Nabi SAW: “Doa itu bergua untuk yang telah terjadi dan yang belum tejadi, maka wahai hamba Allah, hendaklah kalian berdoa.” HR. Tirmidzi.
Alexis Carrel, seorang ahli bedah Prancis yang meraih dua kali hadia nobel, menegaskan bahwa keguanan doa dapat dibuktikan secara ilmiah sama kuatnya dengan pembuktian dibidang fisika. Dalam brosurnya “La Priere” (doa) ia mengemukakan keyakinannya akan kebesaran pengaruh doa untuk pengobatan dengan ucapan: “Bila doa itu dibiasakan dan betul-betul bersungguh-sungguh, maka pengaruhnya menjadi sangat jelas… Ia merupakan semacam perubahan kejiwaan dan ketubuhan… ketentraman ditimbulkan oleh doa itu merupakan pertolongan yang besar pada pengobatan.”
Oliver lodge secara halus menyindir mereka yang tidak melihat manfaat doa: “Kekeliruan mereka, karena menduga bahwa doa berada di luar fenomena alam,. Doa harus diperhitungkan sebagaimana memperhitungkan sebab-sebab lain yang dapat melahirkan suatu peristiwa.”

 

 

2.5 ETIKA BERDOA DITINJAU DARI SEGI ASPEK ADAB

Dalam berdoa seseorang harus memperhatikan beberapa adab doa sebagai berikut:
1. Meluruskan dan mensucikan niat
2. Menghadap kiblat
3. Mengangkat dan menengadahkan tangan setentangan dengan bahu
4. Tidak mengangkat pandangan ke arah langit
5. Didahului dengan puji-puji atau dzikir kepada Allah SWT
6. Bershalawat kepada ‎Rasulullah SAW dan keluarganya
7. Penuh harap dan yakin akan diterima dan tidak kecewa serta putus asa dari rahmatNya
8. Berdoa dengan kalimat biasa, diplomatis dan bersifat umum
9. Diucapkan dengan suara tenang, rendah dan tidak terburu-buru
10.Dilafalkan dengan jelas dan diulangi tiga ali untuk bagian yang dianggap penting
11.Mulailah dengan membaca basmalah
12.Menyusuli dengan permohonan ampun untuk diri dan orang tua
13.Menghindari dari hal yang diharamkan, termasuk yang maktuh dan syubhat
14.Menyapukan kedua belah tangan ke wajah seusai berdoa
15.Perhatikan dan pilihlah waktu-waktu yang terbaik untuk berdoa dan adab bathiniyah.
Adapun adab-adab berdoa yang disusun dalam ajaran kaum sufi adalah sebagai berikut:
1. Memelihara waktu-waktu yang dianggap murni dan mulia (Hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat dan sepertiga malam)
2. Dalam berdoa orang-orang sufi selalu menggunakan kesempatan yang baik dengan bersungguh-sungguh seperti pada saat menghadap musuh, saat turun hujan, saat puasa dan saat sujud
3. Diharuskan menghadap qiblat dan mengangkat kedua belah tangan sehingga kelihatan ketiaknya
4. Dalam berdoa suara tidak terlalu keras dan tidak terlalu rendah, dengan maksud agar hati dan jiwa menjadi tenang dan khusyu’
5. Menjaga agar doa yang diucapkan tidak berbentuk sajak, kecuali doa yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits
6. Bila berdoa harus dalam keadaan khusyu’ dan tadharru’ serta penuh harapan diterima namun penuh ketakutan ditolak
7. Harus berkeyakinan penuh bahwa doanya itu pasti dikabulkan/diterima Allah SWT
8. Doa harus diucapkan dengan lafal yang jelas dan diulang-ulang hingga tiga kali
9. Doa harus dimulai dengan menyebut Asma Allah dan bershalawat pada Nabi SAW dan keluarganya
10.Sebagai penutup, hendaknya doa itu diucapkan sesudah bertaubat dan membersihkan diri dari perbuatan keji.




Sedangkan menurut Imam Ghazali menerangkan dalam kitabnya, احياء علوم الدين, bahwa adab berdoa sebagai berikut:
1. Hendaknya mengambil kesempatan pada waktu-waktu yang baik dan mulia, seperti di hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat, pada waktu seperti akhir malam dab pada waktu saghur dini hari.
2. Hendaknya mempergunakan keadaan yang baik dan mulia, seperti waktu sujud dalam shalat, pada waktu peperangan, di waktu tentara sebelah menyebelah sedang berhadap-hadapan, pada waktu mulai turun hujan, pada waktu orang mengucapkan iqamah dalam waktu shalat dan sesudahnya, dan di kala hati sedang sepi.
3. Menghadap kiblat, mengangkat kedua belah tangan dan mengusapkannya ke muka pada waktu selesai berdoa.
4. Merendahkan suara pada waktu mengucapkan doa sampai antara terdengar dengan tidak (QS. 7:55; 6:63)
5. Janganlah lafadh doa itu dibuat-buat sedemikian rupa sehinga melampaui batas yang baik memilih doa yang berasal dari nabi dan sahabat-sahabatnya atau orang-orang yang saleh, karena tidaklah setiap orang dapat menyusun doa yang baik, khawatir kalau-kalau dalam karangannya itu melampaui batas.
6. Orang yang berdoa hendaknya bersikap tadharru’, khusu’ dan takut serta penuh pengharapan akan terkabul doanya. (QS. 6:63; 7:55, 56)
7. Mendasarkan permintaan kepada doa dan meyakini terkabulnya dengan keyakinan bahwa apa yang dimintanya itu benar.


8. Doa hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah SWT yang indah (QS. 7:180; 17:110) dan sesudah mengucapkan pujian sanjungan kepadaNya lalu diiringi shalawat kepada Nabi, demikian pula menyudahinya.
9. Doa hendaknya diulang-ulang terutama pada lafadh-lafadh atau kalimat-kalimat yang penting, disebut tiga kali dan sungguh-sungguh berkeyakinan doa itu segera diperkenankan.
10. Pengakuan taubat dari semua dosa, meninggalkan semua perbuatan zhalim dan menghadapkan diri kepada Allah SWT, dan inilah yang menjadi pokok sesuatu doa diperkenankan Allah.
11. Dilakukan dengan sabar (QS. 18:28) dan حسن الظّنّ (berbaik sangka kepada Allah SWT).

2.6 ETIKA BERDOA DITINJAU DARI ASPEK WAKTU

Waktu-waktu yang tepat dan mulia untuk berdoa yaitu:
1. Ketika turun hujan
2. Ketika hendak shalat dan sesudahnya
3. Ketika menghadap musuh di medan pertempuran
4. Pada waktu sepertiga/akhir malam (QS. 51:18)
5. Ketika i’tidal yang akhir dalam sembahyang
6. Ketika khatam (tamat) membaca al-Qur’an





7. Ketika sujud dalam shalat, sebagaimana Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda: Sedekat-dekatnya seseorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang melakukan sujud, oleh karena itu perbanyaklah doa ketika sedang sujud.”
8. Berdoa di antara azan dan iqamah, Dari Anas Ibnu Malik ra, berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Doa yang dipanjatkan antara waktu adzan dan iqamah, tentu tidak akan ditolak olehNya,” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah !, doa apa yang sebaiknya kami panjatkan ?” Jawab Rasulullah: “Sebaiknya mintalah keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.”
9. Antara Zhuhur dengan Ashar dan antara Ashar dengan Maghrib
10.Ketika sedang berpuasa (puasa sunat dan wajib)
11.Pada Bulan Nisfu Sya’ban
12.Pada Hari Raya Idul Fitri
13.Ketika sedang sakit
14.Pada Bulan Rajab, malam Isra’ Mi’raj Nabi SAW
15.Pada Hari Arafah di Bulan Haji
16.Pada Bulan Suci Ramadhan (terutama waktu malam)
17.Pada Hari Jumat, Abu Hurairah mengatakan: Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Pada Hari Jumat itu ada satu saat yang apabila kebetulan seseorang muslim berdiri shalat sambil meminta (berdoa) kepada Allah SWT akan sesuatu, melainkan Allah SWT akan memberinya (apa yang dai minta) seraya Rasulullah mengisyaratkan dengan tangannya menyedikitkan (singkat) saat itu.” (HR. Bukhori)

 

 

2.7 ETIKA BERDOA DITINJAU DARI ASPEK TEMPAT

Tempat yang baik untuk berdoa diantaranya, sebagai berikut:
1. Di Makkah dikala melihat Ka’bah
2. Di Madinah dikala melihat Masjid Rasulullah SAW
3. Di tempat dan dikala melakukan Thawaf
4. Di sisi Multazam
5. Di sisi sumur Zam-zam
6. Di dalam Ka’bah
7. Di belakang makam Nabi Ibrahim
8. Di atas bukit Shafa dan Marwah
9. Di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat yang tiga
10.Di masjid-masjid dan tempat-tempat peribadatan lainnya.







2.8   MAKAM/PESAREAN
             Makam adalah tempat peziarah merenungkan banyak hal, untuk memperbaiki laku sisa hidup dan berkaca pada perilaku yang mati semasa hayat. Karena itu, orang lalu mendaras doa. Memintakan ampunan dan ruang di surga bagi yang mati. Fisik makam hanya sarana untuk memasuki ruang-ruang spiritualitas.

KEYAKINAN ORANG ISLAM TERHADAP DOA DI PESAREAN GUNUNG KAWI
Dari data-data yang telah terkumpul di atas bahwa sebuah keyakinan yang berlebihan akan membawa kita kedalam jurang ke syirikan,karena sudah jelas bahwa sebuah keyakinan itu hanyalah kepercayaan berdasarkan ajaran-ajaran yang telah ada tanpa harus berlebihan.terutama bagi orang islam yg telah diajarkan ahanya meyakini atau mengimani 6 hal,yaitu rukun iman dengan dasar tujuan iman tersebut adalah Allah bukan hal yang lain.begitupun dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh para umat islam,semua doa telah di ajarkan berdasarkan kegunaan dan fungsi masing-masing,apabila doa tersebut telah keluar dari kaidah-kaidah islami maka doa tersebut hendaknya tidak dilakukan.semua tata cara dalam berdoa telah di ajarkan,sehingga tidak sembarangan melakukanya.dengan demikian seharusnya umat muslim pada umumnya harus mengikuti tata cara berdoa berdasarkan ajran islam yang benar tanpa menambah atau mengurangi karena dengan cara demikianlah Allah akan menjawab doa kita.dan pesarean bukanlah masjid atau mushalla dimana tempat yang paling sering digunakan para umat muslim untuk berdoa,hendaknya para umat muslim mendatangi pesarean untuk mengingat akan hadirnya kematian dan mendoakan orang yang berada di dalam makam tersebut,bukanlah meminta doa yang berlebihan dengan alasan mengharapkan berkah dari berkungjung ke pesarean tersebut.




Dampak positif dan negative :
Secara positive :
1.mengingatkan akan kematian yang artinya bahwa manusia semua pasti akan mati dan menjadi penghuni kubur
2.memperdalam iman akan kekuasaan Allah
3.bersilaturahmi dengan peziarah yang lain yang berasal dari berbagai etnis.

Secara negative:
1.menjadikan orang syirik












BAB III
METODE PENELITIAN
a.         Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama penelitian yaitu para pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang. Adapun subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai informan adalah Bapak dan Ibu pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang, yaitu mereka yang sedang melakukan ziarah makam dan ritual Gunung Kawi pada malam Jum’at Kliwon.
b.        Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah desa Wonosari kecamatan Wonosari kabupaten Malang, Jawa Timur, sebagai fokus penelitian untuk mendapatkan data tentang kekonsistensian para pengunjung Gunung Kawi yang melakukan ritual nazar persembahan atas terkabulnya doa yang dipanjatkan melalui kepercayaan kejawen yang dianut para peziarah yang dijadikan sebagai pemicu terkabulnya doa.
Lokasi penelitian yang terpilih sebagai objek kajian dalam studi karena :
   1.         Lokasi penelitian Gunung kawi dikenal sebagai tempat peminta pesugihan
   2.         Lokasi penelitian (desa Wonosari, Gunung Kawi) karena rata-rata pengunjungnya datang untuk berziarah di makam eyang sujo dan eyang jugo yang merupakan leluhur yang dipercaya dapat membantu untuk berdoa disana dipercaya dapat mendatangkan banyak rejeki.

2.      Teknik pengumpulan data
Desain kualitatif sebagai pendekatan dalam melakukan penelitian yaitu berusaha untuk mengungkap fenomena sosial yang ada di masyarakat, teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara dan studi literatur.






a.         Observasi
Teknik observasi yang dimaksud adalah: ”... teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan...”, (Bunglon B., 2007:115) berkenaan dengan perilaku kehidupan manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dan lainnya untuk diamati dan diketahui apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Teknik observasi digunakan dalam pengumpulan data, karena:
1.        Teknik ini dapat mengungkap dan menggambarkan tentang Motivasi Pengunjung Melakukan Ritual di dalam Pesarean Gunung Kawi.
2.        Observasi dilakukan dengan seksama dan terus-menerus yang dapat menghasilkan data sememadai mungkin.
3.        Pelaksanaan observasi didukung dengan pedoman observasi yang tertulis.
Pedoman observasi berbentuk pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tidak terstruktur yang akan dijawab oleh informan sebagai sumber data, yang berhubungan dengan motivasi para pengunjung untuk melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi.
b.      Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan oleh pewawancara kepada interviewee, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.

Keuntungan dari teknik wawancara adalah:
1.        Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis
2.        Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya
3.        Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Kerugian wawancara adalah:
1.        Wawancara memerlukan biaya yang sangat untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data
2.        Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah interviewee yang lebih kecil




3.        Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu interviewee
Daftar pertanyaan untuk mewawancara ini disebut sebagai iterviewee schedule. Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide).
c.       Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpul data skunder dalam rangka melengkapi data hasil interview dan hasil observasi. Studi dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.

3.      Teknik analisis data
Prosedur kegiatan penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan grounded yaitu:
1.      Open coding
Pada tahap ini peneliti berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya variasi data yang terkait dengan topik penelitian, hal-hal yang dilakukan adalah mengeksplorasi, menelaah, memerinci, memeriksa, membanding-bandingkan, mengkonsepsikan, dan mengkategorikan data atau fenomena yang diperoleh selama di lapangan.
2.      Axial coding
Proses penelitian lebih terfokus dengan melakukan pendalaman dan pengembangan terhadap kategori atau tema untuk mencari hubungan antar tema atau kategori tersebut hingga sesuai dengan fokus penelitian yang sesuai dengan data lapangan. Data yang dihasilkan dari tahapan open coding diorganisir kembali berdasarkan kategori dan dikembangkan ke arah proposisi. Pada tahap ini peneliti menganalisis hubungan antar kategori tema-tema yang muncul.
3.      Selective coding
Tahapan selective coding peneliti berusaha mengklasifikasikan hasil proses pemeriksaan dari substansi antar kategori kaitannya dengan kategori lainnya. Substansi antar kategori tersebut akan ditemukan melalui perbandingan hubungan antar kategori dengan menggunakan pendekatan grounded, selanjutnya menghasilkan kesimpulan yang diangkat menjadi general designe tentang Motivasi Pengunjung Melakukan Ritual di Dalam Pesarean Gunung Kawi.

4.      Teknik pendekatan yang dilakukan
a.    Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu berusaha mengeksplorasi secara rinci dan mendalam tentang individu atau unit masyarakat (para pengunjung pesarehaan dengan kegiatan ritual yang dilakukan) dikupas melalui pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan kurun waktu yang ditentukan untuk memperoleh data yang cukup, fokus pada kajian tentang motivasi pengunjung melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi.
Penelitian kualitatif ini tidak hanya mengeneralisasikan suatu permasalahan, akan tetapi mengutamakan kajian pada suatu masalah secara mendalam tentang alasan dan motivasi yang mendasari para pengunjung untuk melakukan ritual di dalam pesarean Gunung. Di dalam fenomena kegiatan ritual yang dilakukan tersebut, pasti akan terdapat permasalahan yang menimbulkan pertanyaan yang harus diteliti. Sebab setiap permasalahan memiliki perbedaan baik sifat dan karakteristik masalah tersebut, dan memiliki pendekatan penelitian ini dapat diuraikan secara utuh dan mendalam pada situasi yang wajar dan alamiah ( Bogdan & Biklen 1992 Denzin & Lincoln 1994:76).

Melalui pendekatan kualitatif dapat diperoleh gambaran pemahaman yang utuh dan bermakna atas perilaku dari subyek terteliti. Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami fenomena sosial yang ada di masyarakat.
b.      Metode Grounded
Penelitian yang menggunakan metode Grounded sebagai aplikasi pendekatan naturalistik kualitatif adalah berusaha untuk memahami dan menemukan teori atas dasar realitas sosial empirik, bahwa “...makna kehidupan yang dialami dalam interaksi sosial dengan lingkungan sekitar yang didasarkan atas pengalaman sendiri...” (Schlegel S.A., 1987:39)








BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pembahasan
Saat memasuki wilayah pesarean, bukan hal yang mengejutkan lagi jika terlihat para pengunjung yang berdoa, ada yang mengepalkan kedua tangannya di dada, bahkan sampai ada yang menangis sambil menciumi tembok di depan Pesarean yang menjadi ruangan tempat pemakaman kedua tokoh yang diagungkan di Gunung Kawi tersebut berada. Selain itu banyak pengunjung yang terlihat menggelar tikar dan beristirahat si depan pesarean, dan banyak pula pengunjung lain yang akan memasuki pesarean dengan membawa besek berisi bunga yang sudah ditata dengan indah dan rapi.
Adapun banyak hal unik yang peneliti temui ketika menjalankan observasi di lokasi pesarean Gunung Kawi.ada beberapa umat islam yang berdatangan namaun ssambil membawa berbagai macam sesajen,hal tersebut sungguh menarik karena pada umumnya umast islam tidak dianjurkan untuk membawa berbagai macam persembahan ketika berdoa karena doa dalam ajaran agama islam hanyalah berdasarkan niat dan keyakinan terhadap Allah SWT.berdasar hal tersebut saya mulai mencari salah stu pengunjung yang beragama islam guna menggali informasi mengapa hal semcam ritual dalam berdoa dilakukan.ketika sya telah menemukan subyek,maka saya mulai menggali informasi dan benar saja bahwa ritual dalam berdoa memang dilakukan berdasarkan keyakinan masing-masing orang.beliau mengungkapkan bahwa berdoa di pesarean gunung kawi membawa berkah tersendiri karena kaetika salah satu doa saya terkabul maka saya akan kembali guna mengucap syukur dan kembali meminta doa untuk kebutuhan yang lain,dalam artian pengunjung tersebut meyakini bahwa doa dengan ritual lebih cepat terkabulkan dibandingkan dengan apa adanya.tentu saja hal yang demikian ini tidak dibenarkan dalam ajaran islam,karena tata cara berdoa dan tempat-tempat dimana doa di ijabah telah di tertulis dalam al-qur’an dan hadist nabi.dan tidak seharusnya para pengunjung tersebut melakukan hal itu.



Dengan demikian motivasi yang ada hanyalah sebuah keinginan untuk terkabulakannya doa di pesarean tersebut adalah harus menggunakan ritual-ritual tertentu dan menggunakan perjanjian,sehingga orang muslim yang berkunjung ke pesarean tersebut tidaklah benar karena aturan berdoa yang digunakan telah keluar jauh dari ajaran dan tata cara berdoa bersasarkan ajaran agama islam.
2.      Landasan teori
a.      Teori Motivasi Abraham Maslow
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruhpada motivasi (holistic approach to motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi (Feist,2009).
Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yaitu tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Contahnya, keinginan untuk berhubungan seksual dapat termotivasi tidak hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin, tetapi juga oleh kebutuhan akan dominasi, kebersamaan, cinta dan harga diri (Feist,2009).
Ketiga, orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one or another). Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Misalnya, selama kebutuhan akan rasa lapar belum terpenuhi, orang akan selalu berusaha mendapatkan makanan. Akan tetapi, ketika mereka sudah mendapat cukup makanan, mereka beraalih ke kebutuhan-kebutuhan lain seperti keamanan, pertemanan, dan haraga diri (Feist,2009).
Keempat, semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama(all people everywhere are motivated by the same basic needs). Bagaimana cara orang-orang di kultur yang berbeda-beda memperoleh makanan, membangun tempat tinggal, mengekspresikan pertemanan, dan lain-lain bisa bervariasi, tetapi kebutuhan dasar untuk makanan, keamanan, dan pertemanan merupakan kebutuhan yang berlaku umum untuk semua spesies (Feist,2009).
Kelima, kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a hierarchy) (Feist,2009).
1.      Hierarki Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level dasar harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level paling tinggi menjadi yang memotivasi. Lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif (conative needs), yang berarti kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong mendorong atau memotivasi (Feist,2009).
Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi dari masing-masing tingkatan, yaitu fisiologis (physiological), keamanan (safety), cinta dan keberadaan ( love and belongingness), penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri (self actualization).

a.        Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan lain-lain. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang mempunyai kekuatan atau pengaruh paling besar dari semua kebutuhan (Feist,2009).

b.        Kebutuhan akan keamanan (safety needs)
Ketika manusia telah memenuhi kebutuhan fisiologisnya, maka manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan hokum, ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan (Feist,2009).
Dalam tingkatan kebutuhan ini, anak-anak lebih sering termotivasi olehkebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup dengan ketakutan akan gelap, binatang, orang asing, dan hukuman dari orang tua. Namun, sebagian besar orang dewasa cenderung merasa tidak aman karena ketakutan yang tidak masuk akal dari masa kecil yang terbawa hingga masa dewasa dan menyebabkan mereka bertindak seolah merasa takut akan hukuman dari orang tua. Mereka menghabiskan lebih banyak energy daripada energiyang dibutuhkan orang yang sehat untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan ketika mereka tidak berhasil memenuhi kebutuhan rasa aman tersebut, mereka akan mengalami kecemasan dasar (basic anxiety) (Feist,2009).

c.         Kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love ang belongingness needs)
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa amannya, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love and belongingness), seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian dari keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau Negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk member dan mendapatkan cinta (Feist,2009).
Orang yang kebutuhan akan cinta dan keberadaannya cukup terpenuhi sejak dari masa kecil tidak menjadi panic ketika cintanya ditolak. Orang yang semacam ini mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka akan diterima oleh orang-orang yang penting bagi mereka. Jadi, ketika orang lain menolak mereka, mereka tidak merasa hancur (Feist,2009).
Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan.Oleh karena itu, mereka menjadi tidak mampumemberikan cinta. Maslow percaya bahwa orang-orang semacam ini lama-kelamaan akan belajar untuk tidak mengutamakan cinta dan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta (Feist,2009).
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang menerima cinta dan keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena hanya menerima sedikit cinta dan keberadaan, maka mereka sangat termotivasi untuk mencarinya. Denagn kata lain, orang yang menerima sedikit cinta mempunyai kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan yang lebih besar daripada orang yang menerima cinta dalam jumlah cukup atau tidak menerima cinta sama sekali (Feist,2009).

d.        Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
Setelah kebutuhan akan cinta dan keberadaaan terpenuhi, orang-orang cenderung bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow (1970) mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan yaitu reputasi dan harga diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang dilihat dari sudut pandang orang lain. Sedangkan harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri menggambarkan sebuah keinginan untuk memperoleh kekuatan, pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan, kemampuan, dan kepercayaan diri di hadapan orang lain (Feist,2009).

e.         Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs)
Setelah semua kebutuhan pada tingkatan yang rendah terpenuhi, orang secara otomatis beranjak pada tingkatan berikutnya. Akan tetapi, setelah kebutuhan akanpenghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak menutu tingkat aktualisasi diri. Orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai seperti kejujuran, keindahan, keadilan, dan lainnya akan mengaktualisasikan dirinya setelah kebutuhan akan penghargaannya terpenuhi, sememntara orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai tersebut tidak akan mengaktualisasikan dirinya walaupun mereka telah memenuhi masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya (Feist,2009).

Menurut Maslow (1970), Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang-orang yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi manusia yang seutuhnya, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang orang lain hanya melihat sekilas atau bahkan tidak pernah melihatnya (Feist,2009).
Maslow (1970), membuat lima belas karakteristik sementara yang merupakan ciri-ciri orang-orang yang mengaktualisasi diri sampai batasan tertentu, antara lain :
1)                  Persepsi yang lebih efisien akan kenyataan
2)                  Penerimaan akan diri sendiri, orang lain, dan hal-hal yang alamiah
3)                  Spontanitas, kesederhanaan, dan kealamian
4)                  Berpusat pada masalah
5)                  Kebutuhan akan privasi
6)                  Kemandirian
7)                  Penghargaan yang selalu baru
8)                  Pengalaman puncak





9)                  Menyayangi orang lain (Gemeinschaftsgefuhl)
10)             Hubungan interpersonal yang kuat
11)             Struktur karakteristik demokratis
12)             Diskriminasi antara cara dan tujuan
13)             Rasa jenaka/humor yang fisiologis
14)             Kreativitas
15)             Tidak mengakui enkulturasi

Selain lima kebutuhan konatif di atas, Maslow mengidentifikasi tiga kategori kebutuhan lainnya, antara lain sebagai berikut.
a)                  Kebutuhan estetika
Orang-orang yang memiliki kebutuhan estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama halnya seperti orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya. Orang-orang yang memiliki kebutuhan estetika tinggi menyukai sesuatu yang indah daripada sesuatu yang jelek. Mereka bahkan bisa mengalami sakit fisiologis maupun psikologis jika dipaksa untuk tinggal di lingkungan yang kotor dan tidak teratur (Feist,2009).
b)                  Kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang mempunyai keinginan untuk mengetahui, memecahkan misteri, memahami, dan untuk menjadi penasaran.Maslow (1970) menyebut keinginan-keinginan ini sebagai kebutuhan kognitif. Ketika kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebutuhan pada hierarki Maslow terancam tidak bisa terpenuhi pula karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kebutuhan konatif tersebut
(Feist,2009).






c)                   Kebutuhan neurotic
            Menurut Maslow (1970), kebutuhan neurotic mengarah pada kegagalan berkembang dan penyakit. Jika diartikan, maka kebutuhan neurotic berarti tidak produktif. Kebutuhan-kebutuhan ini memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak adanya keinginan untuk berusaha memperoleh aktualisasi diri. Kebutuhan neurotic biasanya bersifat reaktif, yaitu kebutuhan ini berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi (Feist,2009).
























BAB V
PENUTUP

1.         Kesimpulan
Ritual di pesarean Gunung Kawi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat sekitar Gunung Kawi, tetapi juga masyarakat di seluruh penjuru negeri. Terdapat sejarah di pesarean Gunung yang mengisahkan tentang Eyang Jugo dan Eyang Sujo yang menjadi dua tokoh yang diagungkan di Gunung Kawi. Makam dari kedua tokoh tersebut yang dianggap sakral dan dapat menjadi ‘perantara’ untuk mengabulkan doa yang disampaikan oleh para pengunjung yang melakukan ritual di pesarean Gunung Kawi.
Dari keterangan tersebut, peneliti melakukan observasi secara langsung ke lokasi pesarean Gunung Kawi dan melakukan interview kepada salah seorang pengunjung yang bernama bapak sulaiman.bapak sulaiman merupakan salah seorang pengunjung yang mengaku sudah sering berdoa dan melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi. Beliau memiliki alasan dan motivasi tersendiri yang mendasarinya untuk berkunjung ke pesarean untuk berdoa dan melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi. Alasan yang mendasarinya untuk datang ke Gunung Kawi ialah karena diajak oleh temannya pada awalnya, yang kemudian beliau datang untuk berdoa dan melakukan ritual kembali setelah ia meyakini bahwa doa sebelumnya telah terkabul, serta pengharapan dan kebutuhannya telah terpenuhi. Motivasi beliau untuk berdoa dan melakukan ritual di dalam pesarean Gunung Kawi adalah agar doa atas pengharapan akan kebutuhannya bisa terkabul.
Saran
Diharapkan dari penelitian ini hendaknya umat muslim lebih mengerti tentang arti dari islam secara lebih dalam agar tidak salah dalam melakukan ajaran-ajaran yang sudah ada terutama mengenai cara memanjatkan doa dan cara memperlakukan makam atau pesarean



Tidak ada komentar:

Posting Komentar